Ma Prima Tritris Fabula de Pluvia.
Mengenang Hujan
hujan ituadalah ungkapan gerah
sepanjang malioboro yang gelisah
sebab ribuan kata dipalsukan imajinasi diam
pada lajur-lajur waktu
berjalan cepat sehari sebelumnya
hujan itu
adalah Vredeburg
ditinggal peradaban menuju senja
sementara di kepala pasar malam mulai menjalar
berkoar
tawar menawar
hujan itu
adalah teh manis pinggir jalan;
sebuah ruang perawan kesepian. mungkin
lantas mengunyah jarak
kilometer empat belas menuju puncak
hujan itu
adalah satu-satunya suara
berkejaran meniriskan usia
pada jalan lengang tanpa tiang
hujan itu
sama-sama mengaduh
serupa basah membuat teduh
Sang Gama
untuk yang sengaja kutelantarkan
pada malam buram
setelah ribuan detak ditinggalkan lelap
aku dan kamu saling bercumbu
memaksa untuk terus mengecup setiap kata
terucap dari kulitmu
ya. kulitmu dengan wajah yang manis
bergulingan di atas kasur
telentang
sujud
melawan kantuk
nafas yang kau suguhkan dalam irama
dan makna itu terlalu berat aku membacanya
ah!
selalu ada cara
mengajak bersenggama
melewati pekabaran sebelum pejantan berteriak
umumkan terang
-s-unknownlesfilles